Saturday, July 12, 2014

Indonesia Beragam Goes to Campus: Debat Capres-Cawapres

Pilpres 9 Juli momentum penting buat warga negara Indonesia. Pemuda juga harus mengambil bagian penting dalam momen politik yang akan menentukan nasib bangsa kita lima tahun ke depan. Jika pada tahap awal Indonesia Beragam telah membuat kontrak politik dengan lebih dari 100 caleg perempuan dan partai politik tentang 10 Agenda Politik Perempuan dan mengkampanyekan pentingnya pemerintah baru memberikan perhatian pada usulan tersebut. Indonesia Beragam juga telah menlaunching 10 Kriteria Presiden masa depan dengan menggelar press conference yang juga dihadiri oleh KPU pada tanggal 6 Juni 2014.

Disamping memberikan konsentrasi pada penguatan basis masa Indonesia Beragam untuk memahami visi dan misi Capes dan Cawapres, serta memperkuat pemahaman 10 kriteria presiden, perhatian lain juga diberikan pada Pemuda. Alasan utama Indonesia Beragam tertarik dengan Pemuda adalah karena posisi strategis Pemuda yang banyak dari mereka adalah Pemlih Pemula, dimana sering digerakkan oleh peer sense mereka, sehingga seringkali pilihan itu tidak benar-benar didasarkan pada kesadaran kritis mereka. Olehkarenanya Indonesia Beragam memutuskan GOES TO CAMPUS untuk membuka dialog-dialog dengan mahasiswa tentang substansi visi dan misi Capres dan Cawapres, serta mengkampanyekan 10 kriteria presiden yang akan didukung oleh Indonesia Beragam. Kami memilih Jakarta, Serang, Tanjung Pinang, Palembang, Bone, Yogyakarta, Malang, dan Banyuwangi. 

Berikut adalah cuplikan dialog-dialog 

Suara dari Tanjung Pinang


2 Juli 2014. 120 pemuda di Tanjung Pinang Kepulauan Riau bicara soal visi misi Capres dan Cawapres. Difasiltasi oleh Indonesia Beragam, Dialog Pemuda dilaksanakan sebagai momentum untuk menyonsong Pemilu Presiden yang akan jatuh pada 9 Juli 2014. Any Rufaedah dikirim sebagai delegasi Indonesia Beragam untuk menyampaikan 10 agenda Politik Perempuan dan Kriteria Capres dan Cawapres yang diusung oleh indoensia Beragam. 

Forum dimoderatori oleh Sdri. Fera dengan menghadirkan narasumber diantaranya adalah Bapak Hendri Sanopaka, dosen STISIPOL Tanjung Pinang, Sdr. Idris, Ketua Karang Taruna Kepulauan Riau, dan Sdr. Helianto, Pengurus PMII Tanjung Pinang. Pak Idris, banyak menyoroti daerah perbatasan. Kepri adalah daerah yang kaya pertambangan, tetapi ekonomi rakyatnya masih memprihatinkan. Perbatasan seperti Natuna masih menghadapi ancaman penyerobotan dari negara tetangga. Sekarang sudah terendus kalau Natuna diklaim China sebagai bagian negaranya dan Indonesia belum bergerak apa-apa. Kalau dibiarkan, tidak menutup kemungkinan akan benar-benar diserobot negara tetangga.

Kekurangan listrik dan infrastruktur juga menjadi masalah yang berlarut-larut. Memang Kepri berada di perbatasan, tapi kan tidak ndeso-ndeso banget seperti Papua misalnya. Jaraknya pun masih bisa dijangkau. Tapi sampai sekarang masih ada daerah yang belum dimasuki listrik. Ini sangat ironis. Kita harus mencari presiden seperti itu ke depan ini. 

Pak Hendri menyampaikan tanggapan tentang IB. Ia menyampaikan agar emansipasi perempuan itu tidak berlebihan seperti sekarang ini. Menurutnya, tidak perlu perempuan harus menuntut ruang publik. Mereka tidak harus bekerja di luar rumah. Perempuan berpendidikan pun tidak perlu malu untuk menjadi ibu rumah tangga. Sekarang perempuan banyak yang malu jadi ibu rumah tangga karena sudah sarjana, apalagi sudah S2 atau S3.Helianto perwakilan PMII. Dalam paparannya, Sdr. Helianto membenarkan bahwa pemuda harus mulai sadar akan perannya dalam pemilu. Mereka tidak bisa tinggal diam, karena pemuda adalah aktor. Jika ke depannya presidennya tidak baik, pemuda juga akan menanggung dampaknya. Oleh karena itu mau tidak mau harus peduli pada prosesnya.

Mereka mengharapkan presiden yang mampu mengatasi ketertinggalan dan ancaman pengambilan wilayah di sana. Kepri adalah daerah yg kaya dg hasil tambang, tapi masih ada daerah yg belum menikmati listrik. Infrastruktur juga masih minim, pun dg perekonomian warga. Ketidakseimbangan SDA dg realitas sosial itu dapat memicu munculnya disintegritas. 

Problem perbatasan Natuna juga harus menjadi perhatian. Pemimpin Indonesia haruslah org yang mampu menjaga wilayah perbatasan, bukan yg abai terhadapnya. Gerakan Pemuda Perbatasan (GPP) sangat lantang menyuarakan masalah perbatasan sebagai isu yang harus mendapat perhatian lebih dari capres. 

Suara dari Yogyakarta
5 Juli 2014. Awalnya mandat saya (Lely) dari Indonesia Beragam (Ruby) adalah “hanya” membuka acara saja. Menyampaikan sambutan, ucapan terimakasih dan seterusnya, serta memberikan ulasan sedikit tentang 10 Agenda Politik Perempuan dan bagaimana visi dan misi kedua capres mengelaborasi itu. Tetapi karena salah satu dari dua pembicara yang diundang tidak hadir, panitia meminta saya menjadi pembicara pengganti dari Indonesia Beragam. Saya tentu bersedia dengan senang hati. Sebagaimana “titipan” Ruby, saya memanfaatkan waktu untuk memberikan pemahaman pada anak muda bahwa gerakan Indonesia Beragam ini bukan saja sebagai rumah konsolidasi perempuan parlemen dan non parlemen, tetapi juga sebagai rumah belajar anak-anak muda, khususnya perempuan agar upaya regenerasi gerakan feminis terjaga.

 Saya sangat bersemangat pada point ini (soalnya pernah muda, memulai semuanya sejak masih muda ketika masih di SMA) apalagi melihat duaratusan anak muda (mahasiswa/i) semuanya mendengarkan dengan serius.  Point penting yang saya tekankan adalah; pemuda sudah harus punya pilihan sekarang; tidak golput lagi. Karena setelah Pilpres, pemuda dan mahasiswa harus tetap turun ke jalan untuk melakukan kontrol terhadap jalannya kepemimpinan bangsa ini, siapapun presidennya. 

 Dalam sesi dialog, setidaknya ada dua orang mahasiswa/i (peserta) yang mengajukan protes khusus kepada saya. Katanya, hampir seluruh pernyataan saya “seperti Timses Capres Nomor Dua”. Saya bilang; “pernyataan, sikap dan tindakan saya memang merepresentasikan pilihan politik saya. Silahkan adik-adik merepresentasikan pilihan politik kalian. (Dampaknya, diakhir acara, banyak peserta mengajak photo bersama dengan “salam dua jari”. Senang sekali, kaum muda berani menyatakan sikap politik secara terbuka). 

 Menarik sekali ketika topiknya adalah tentang Capres dengan “masa lalu” terkait pelanggaran HAM. Mas Eko Prasetyo dari Social Movement Institue mengatakan bahwa masa lalu tidak dapat dilupakan. Negeri ini dibangun dari masa lalu; kita tak mungkin melupakan Bung Karno, atau Soeharto, misalnya. Jika masa lalu tidak penting, mestinya dalam Al-Qur’an tidak ada kisah tentang Firaun, Musa, dan sebagainya. Kebenaran itu akan benar baik pada masa lalu, masa kini dan masa depan.

 Kesimpulannya adalah; mahasiswa bukan kumpulan para makelar, jadi, tentukan pilihanmu, bukan karena bayaran.

Suara dari Bone
Kegiatan bedah visi misi capres dan cawapres yang diadakan di Bone Sulawesi Selatan pada tanggal 4 Juli 2014 adalah kegiatan yang diinisiasi oleh Indonesia Beragam bekerjasama dengan mahasiswa Cipayung.  Narasumber kegiatan ini adalah narasumber lokal Fadli dari Partai Gerindra, Rusman dan Sophia yang mewakili Indonesia Beragam.  Kegiatan bedah visi misi capres dihadiri oleh 200 mahasiswa dengan 30 persennya adalah perempuan juga dosen yang hadir di acara tersebut.  Acara itu berlangsung dari pukul 15.00-18.00 sore.  Narasumber Sophia memaparkan tentang membedah visi  misi terkait isu perempuan yang memasukkan 10 agenda politik perempuan dan 4 kriteria capres yang diambil berdasarkan aspirasi masyarakat akar rumput.  Rusman memaparkan visi misi khusus perempuan antara capres dan cawapres dengan bahan dari hasil analisis organisasi Megawati Institut dan Fadli membahas visi misi capres dan cawapres secara umum. 

Pertanyaan demi pertanyaan didominasi oleh peserta laki-laki dari awal hingga berakhir.  Pertanyaan dibuka dalam 3 termin dan ada 7 penanya, yang menanyakan tentang: 1). Meminta pendapat narasumber dalam memilih capres dan cawapres yang baik, apakah dengan melihat sistem dan SDM-nya.  2). Meminta penjelasan tentang kartu Idonesia Sehat dan Indonesia Pintar.  3). Bagaimana melihat pasangan capres terhadap kesehatan dan peranan perempuan. 4). Bagaimana penjelasan tentang program PKK, Posyandu dan kwalitas SDM yang diusung oleh Prabowo. 5). Bagaimana dengan program KB yang bertentangan dengan semboyan di Bone bahwa banyak anak banyak rejeki. 6) Bagaimana visi misi Prabowo tentang penyediaan susu bagi anak sekolah dan strateginya seperti apa. 7). Bagaimana menurut pandangan narasumber tentang mengkriminalkan perempuan yang ada di Dalam Negeri dan Luar Negeri. 8) Mengapa visi misi Prabowo tidak membahas TKW, bagaimana setelah menjadi presiden apakah Prabowo tidak perduli terhadap TKW. 9) Dalam visi misi Jokowi tidak mebahas masalah balita, apakah nanti ketika menjadi  presiden mempedulikan masalah balita. 10). Bagaimana visi misi Prabowo yang mengatakan pembangunan desa terkait dana desa 1 M dan bagaimana dengan Jokowi yang mengatakan 1,4 M  11). Bagaimana memilih presiden yang ada hubungan emosional khususnya dengan Jusuf Kalla. 12). Dalam diskusi ini yang menjadi aktor utama adalah perempuan, mengapa tidak mencalonkan presiden perempuan, mengapa membahas visi misi lebih cendrung kepada perempuan, bagaimana perbedaan dari pasangan capres jika melihat 4 kriteria pasangan capres.

Suara dari Banyuwangi
5 Juli 2014."Ini baru pertama Debat visi dan misi Capres dilakukan diantara anak muda", begitu kata Niken, ketua pelaksana acara Dialog Pemuda tentang Visi dan Misi Capres Cawapres 2014. Acara yang semulanya akan diselenggarakan di Universitas PGRI terpaksa harus digeser ke sebuah rumah makan sederhana yang rupanya sering dipakai oleh kawan-kawan muda untuk berdiskusi. Dihadiri oleh 100 orang mahasiswa dari berbagai organisasi ekstra dan intra kampus, dialog dibuka oleh Ketua Panitia, Niken sebagai perwakilan jaringan CIPAYUNG. Dalam Pembukaannya Ruby Kholifah, mewakili Indonesia Beragam memberikan penekanan pentingnya Pemerintah Baru memberikan perhatian khusus pada 10 Agenda Politik Perempuan demi menyelamatkan generasi muda bangsa. Ruby juga menekankan ketertarikan Indonesia Beragam untuk memperkuat jaringan anak muda sebagai bagian dari mekanisme regenerasi di gerakan perempuan. Dalam konteks Pemilu Presiden, Indonesia Beragam melihat partisipasi anak muda tidak begitu kelihatan, padahal mereka adalah pemilih yang strategis. Anak muda jangan sampai apatis atau Golput. Kalaupun menjatuhkan pilihan jangan sampai ikut-ikutan.

Seperti layaknya debat, maka dua nara sumber utama dihadirkan masing-masing dari Tim Sukses Capres dan Cawapres, kemudian dari pengawas Pemilu dan Indonesia Beragam. Dari Tim Capres Nomer urut 1, Prabowo-Hatta, Abdul Hamid menyatakan dirinya resmi sebagai Tim Sukses. Sementara dari CApres No. 1, Jokowi-JK diwakili oleh Anggota Relawan di Banyuwangi yaitu Hari PR. Dipandu oleh moderator, masing-masing perwakilan menyampaikan visi dan misi kedua calon presiden dan wakil presiden. Paparan visi dan misi menjadi tidak imbang ketika tim Jokowi-JK tidak begitu fokus pada pembahasan visi dan misi dengan alasan teman-teman muda bisa membacanya sendiri. Hari lebih memfokuskan pada kampanye hitam dan bagaimana pihak lawan menggunakan segala cara untuk menghabisi Jokowi-JK. 

Lilik dari Pengawas Pemilu Kabupaten menegaskan pentingnya memastikan bahwa semua peserta yang hadir sudah terdaftar sebagai DPT, dan bagi yang berKTP kota lain juga dihimbau segera mengurus formulir A5.  Untuk memperkuat gab dari kedua nara sumber dari pasangan Capres dan Cawapres, maka Ruby mempertegas posisi  Indonesia Beragam, terutama memberikan penjelasan detil tentang 10 Kriteria calon presiden yang akan diusung oleh Indonesia Beragam. 

Respon dari para peserta sangat didominasi oleh kubu Prabowo, karena sebagian mereka memang aktifis Gerindra. Sebaliknya, banyak mahasiswa yang memang masih buta dengan visi dan misi Capres, sehingga perlu memperdalamnya. Kekuatan diskusi pada argumentasi yang dibangun baik dari pembicara maupun peserta yang cenderung memberikan analisis positif pada calon masing-masing.

Sayang, saya tidak sempat memberikan ucapan selamat pada Hamid karena dia keburu pergi. Dan saya lihat orang-orang yang tadinya bersitegang di dalam ruangan, mereka bisa merokok bareng dan makan buka sambil sesekali tertawa. Berharap kondisi perdebatan tetap kuat, tetapi pertemanan juga tidak boleh pecah gara-gara berbeda pilihan politik.

Suara dari Malang

Pada 5 Juli, telah diselenggarakan diskusi kelompok Cipayung bersama mahasiswa dari berbagai universitas di Malang dalam menyikapi proses demokrasi Pemilu Presiden 2014. Diskusi yang bertemakan “Pemuda Memilih Untuk Indonesia” dihadiri sekitar 100 mahasiswa di Universitas Tribuana Tunggal Dewi. Diskusi ini bertujuan untuk mengkonsolidasikan pemuda dan mahasiswa serta menginformasikan mengenai perkembangan Pemilu Presiden 2014, termasuk mendiskusikan visi misi serta program calon kandidat Presiden 2014.

Diskusi yang menghadirkan 6 nara sumber terdiri dari 5 narasumber perwakilan mahasiswa (GMNI, PMII, HMI, GMKI, dan GEPRI) serta perwakilan Indonesia Beragam, menyampaikan peran penting keterlibatan mahasiswa dan pemuda dalam proses Pemilu 2014, serta bagaimana pemuda cerda memilih, salah satunya melihat visi misi dan program Kandidat Presiden 2014. Perwakilan mahasiswa menyampaikan terkait pentingnya keterlibatan mahasiswa dan pemuda dalam proses Pemilu 2014, dimana perwakilan mahasiswa menyampaikan bahwa pemuda dan mahasiswa harus pro aktif dalam mengawal prosesnya pemilu, termasuk melakukan pendidikan dan sosialisasi kepada masyarakat yang lebih luas, tidak hanya pada kalangan pemuda dan mahasiswa, tetapi ini juga pada menyebarkan hingga ke masyarakat yang lebih luas.

Selain itu, Indonesia Beragam juga menyampaikan materi kaitan dengan pemuda melihat visi misi dan program Kandidat Presiden dan pengawalan mahasiswa dan pemuda pada hari H pemilu 2014. Pada kesempatan ini, Indonesia Beragam menyampaikan bagaimana sejauhmana visi misi dan program Kandidat Presiden 2014 memiliki keberpihakan kepada rakyat Indonesia, perempuan, termasuk kepentingan pemuda dan mahasiswa. Visi, misi dan program kandidat yang dapat memastikan tidak terjadi lagi kekerasan terhadap perempuan,  memastikan lapangan pekerjaan bagi rakyat Indonesia, termasuk bagi pemuda Indonesia, dan memastikan bahwa hak-hak petani, nelayan dan masyarakat lainnya terjamin.  Melalui visi, misi dan program kandidat dapat dilihat sejauhmana pola pikir Kandidat dalam melihat pembangunan Indonesia dan melihat keberpihak Kandidat terhadap kepentingan rakyat, termasuk kepentingan perempuan dan pemuda/mahasiswa.

Indonesia beragam juga menyampaikan hal yang didorong pada visi, misi dan program Kandidat Presiden 2014, sebagaimana yang terdapat pada dokumen 10 Agenda Politik Indonesia Beragam dan hal yang telah dilakukan oleh Indonesia Beragam.Pada kesempatan ini juga didistribusikan 100 buku 10 Agenda Politik Indonesia Beragam kepada peserta yang hadir.


Melalui diskusi tersebut, mahasiswa/pemuda semakin memahami bahwa pemuda juga penting untuk melihat dan menganalisis visi misi dan program kandidat Presiden 2014 serta berperan aktif dalam mengawal serta memantau proses demokrasi Pemilihan Presiden 2014.

Suara dari Jakarta

26 Juni 2014 di Aula Madya lt.1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,pertama kalinya Indonesia Beragam memperkenalkan diri di Kampus. Bekerjasama dengan Pemberdaya Muda dan Jurusan Pemberdayaan Masyarakat Islam Fakultas Dakwa, talk show seputar visi dan misi Capres dan Cawapres 2014 digelar dengan mengundang mahasiswa-mahasiswa dari berbagai jurusan. Dihadiri hampir 50 orang mahasiswa yang masih aktif kuliah, Talk Show dipandu oleh Iqbal, dengan lima nara sumber yaitu Anick H. Tohari, Any Rufaedah, Nilam Wati, Ruby Khalifah. 

Talk Show dibuka oleh Ibu Ketua Jurusan PMI dengan memberikan penekanan pada pentingnya pemuda tidak apatis terhadap Pemilu, justru talk show ini jadikan momentum untuk membuka wawasan pada calon capres dan cawapres. Sebelum Talshow dimulai, sebuah pengantar diberikan oleh Sri Rahmayani dengan mengelaborasi pada kondisi kekinian pemuda baik kondisi rentan dan analisis kapasitas pada pemuda dan relevansinya Talkshow ini. 

Any Rufaedah, perwakilan dari ASEAN Youth Assembly memberikan analisis bahwa Prabowo meletakkan Pemuda sebagai obyek dari pembangunan, sebaliknya Jokowi meletakkan Pemuda sebagai subyek pembangunan. Ini terefleksi pada rumusan visi dan misi, dimana Prabowo menekankkan pada subsidi pendidikan, dan Jokowi pada perombakan kurikulum yang membentuk karakter atau yang biasa dikenal Revolusi Mental. Anick H Tohari, membongkar perspetif audience untuk membedakan kampanye negatif, kampanye hitam dan fitnah. Menurut Anick kampanye hitam dibutuhkan agar masyarakat bisa melihat sisi negatif para kandidat. Sementara kampanye hitam dan fitnah berbahaya dalam Pemilu. Karena bukan saja memberikan informasi yang jelas salah, tetapi juga dapat memperuncing perbedaan dan mendorong pada ketegangan. 

Bu Wati menegaskan bahwa Capres dan Cawapres menekankan persetujuannya pada gagasan revolusi mental yang diangapnya sangat tepat buat bangsa Indonesia. Olehkarenanya reformasi pendidikan yang ditawarkan oleh para capres dan cawapres tentu relevan, terutama Jokowi-JKK. Sebagai perwakilan Indonesia Beragam, Ruby Khalifah memberikan penekanan bahwa Pemerintah Baru nanti haruslah bisa mengakomodir 10 Agenda Politik Perempuan. Karena Indonesia masih menghadapi situasi yang sangat rawan dan terutama pada pelanggaran HAM dan Hak Asasi Perempuan. 

Respon dari mahasiswa juga sangat dinamis dimana sebagian mempertanyakan tentang agenda kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan yang dirasakan masih tertinggal dalam hal pendidikan. Seorang mahasiswa memberikan juga analisis tentang sejarah gagasan Revolusi Mental dengan mencuplik wacana Karl Marx dan revolusi petani Cina, yang semua mengarah pada tuduhan komunisme. ***

No comments:

Post a Comment